Hotline 08128171741
Informasi lebih lanjut?
Home » Semua Kategori » Mengenal Suku Baduy di Desa Kanekes Lebak Banten

Suku Baduy bermukim di wilayah di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Permukimannya terpusat di daerah aliran sungai pada sungai Ciujung yang termasuk dalam wilayah Cagar Budaya Pegunungan Kendeng. Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng yang berjarak sekitar 40 km dari Ibu Kota Kabupaten Lebak, yaitu Kecamatan Rangkasbitung.

Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda dialek Baduy atau sering disebut dengan sunda wiwitan. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Soeharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Namun masyarakat Kanekes memiliki caranya sendiri untuk belajar serta mengembangkan wawasan mereka hingga sepadan dengan masyarakat di luar suku Badui.

Baca Juga: Paket Wisata Baduy

Tradisi dan budaya merupakan dua hal yang masih sangat dijaga oleh masyarakat Suku Baduy. Menjadi salah satu suku yang masih mempertahankan segala kearifan lokal setempat dan hidup berdampingan dengan alam, membuat segala hal tentang Suku Baduy menarik untuk diketahui.

Namun, sampai sekarang masih banyak wisatawan yang kurang mengenal Suku Baduy secara mendalam. Sehingga tidak mengetahui aturan atau adat istiadat yang dipegang teguh masyarakat Suku Baduy. Padahal memahami dan menghargai kearifan lokal dari suatu daerah menjadi hal terpenting bagi wisatawan saat mengunjungi berbagai destinasi wisata.

Baca Juga: 6 Tempat Wisata Tahun Baru Hits di Semarang 2024

Perbedaan Baduy Luar dan Baduy Dalam

Suku Baduy terdiri dari dua suku, yaitu: Baduy Luar dan Baduy Dalam. Sebab, banyak yang mengira jika Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar adalah dua kelompok yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang terlihat sangat jelas.

Suku Baduy Luar tinggal di daerah luar, atau mengelilingi wilayah Baduy Dalam. Itu mengapa, Suku Baduy Luar cenderung lebih terbuka dan mengenal kebudayaan dari luar. Seperti sekolah, bersosialisasi dengan orang luar, serta lebih terbuka dalam menerima tamu dan wisatawan. Sebaliknya, Dalam jauh lebih tertutup, dan masih sangat patuh pada aturan yang sudah ditetapkan secara turun-temurun. Bahkan untuk masuk kawasan tempat bermukimnya Suku Baduy Dalam harus berjalan sekitar 12 kilometer dari kawasan Baduy Luar dan melewati perkebunan hingga menyebrangi sungai di balik perbukitan.

Kedua kawasan tersebut dipisahkan Sungai Cisimeut dan dihubungkan oleh jembatan yang terbuat dari ikatan bambu dan akar-akar pepohonan di sekitar sungai, dan tambahan bambu pada bagian bawahnya. Jembatan Akar ini pun seakan menjadi bukti kehebatan Baduy Dalam bersinergi dengan alam.

Tidak hanya sampai di situ, penggunaan teknologi di kawasan Suku Baduy Dalam juga dilarang. Bahkan, Dalam hanya berkomunikasi dengan bahasa asli mereka. Seperti bahasa Sunda dan membaca huruf aksara Hanacaraka.

BACA JUGA: Memperkenalkan Pesona Wisata Lebak Banten

Selain itu juga bisa melihat perbedaan antara Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam dari pakaian yang mereka kenakan sehari-hari. Suku Baduy Dalam diwajibkan menggunakan pakaian adat berwarna putih, dan tidak boleh berkancing maupun berkerah. Bahkan, Suku Baduy Dalam juga tidak boleh memakai alas kaki. Sedangkan Baduy Luar lebih sering menggunakan pakaian berwarna hitam dengan kain ikat berwarna biru tua pada keseharian mereka.

Baca Juga: Pesona Wisata Bogor yang Memikat di Kota Hujan

Berwisata masuk ke area Suku Baduy di Desa Kanekes memang diperbolehkan. Tapi, perlu memahami jika tidak semua kawasan di Desa Kanekes boleh dimasuki sembarang orang, terutama orang dari luar Baduy. Selain itu, ada juga beberapa peraturan adat Suku Baduy yang wajib dipatuhi oleh wisatawan.

Satu peraturan yang wajib ditaati saat berkunjung ke kawasan Baduy adalah menghindari penggunaan teknologi. Seperti kamera, ponsel, radio, speaker, tablet atau laptop, dan berbagai alat teknologi lainnya. Di samping itu, dilarang untuk memotret di kawasan dan masyarakat Suku Baduy tanpa izin. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Suku Baduy yang menentang penggunaan teknologi, dan masih sangat menghargai dan menjaga alam.

Itu mengapa, Suku Baduy tidak menggunakan produk-produk berbahan kimia dalam keseharian mereka. Baik itu tidak menggunakan sabun untuk mandi, pasta gigi, maupun detergen karena dianggap merusak lingkungan. Oleh karena itu, kita harus menghargai dan menghormati aturan adat tersebut, dengan tidak membawa dan menggunakan produk berbahan kimia secara sembarangan.

Kepercayaan Suku Baduy

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai ajaran Sunda Wiwitan, ajaran leluhur turun temurun yang berakar pada penghormatan kepada karuhun atau arwah leluhur dan pemujaan kepada roh kekuatan alam (animisme). Meskipun sebagian besar aspek ajaran ini adalah asli tradisi turun-temurun, pada perkembangan selanjutnya ajaran leluhur ini juga sedikit dipengaruhi oleh beberapa aspek ajaran Hindu, Buddha, dan di kemudian dari ajaran Islam.

Bentuk penghormatan kepada roh kekuatan alam ini diwujudkan melalui sikap menjaga dan melestarikan alam; yaitu merawat alam sekitar (gunung, bukit, lembah, hutan, kebun, mata air, sungai, dan segala ekosistem di dalamnya), serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada alam, dengan cara merawat dan menjaga hutan larangan sebagai bagian dalam upaya menjaga keseimbangan alam semesta. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apa pun”, atau perubahan sesedikitpun:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung).

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes sering kali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Tags:

Belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Komentar Anda*Nama Anda* Email Anda* Website Anda

Mungkin Anda tertarik membaca artikel berikut ini.

Mengenal Pulau Macan, Pulau Eco Resort di Jakarta

30 Januari 2025 54x Semua Kategori

Pulau Macan, Secara letak masih termasuk kedalam kepulauan seribu, jakarta utara. Pulau ini memikin luas sekitar 6,13 hektar, Pulau Macan cocok untuk anda yang ingin berwisata dengan suasana yang tenang dan private, maka Pulau Macan ini cocok dimasukkan kedalam wishlist yang wajib dikunjungi untuk liburan anda. Pulau Macan atau sering disebut juga denga... selengkapnya

10 Alasan Mengapa Open Trip Cocok untuk Solo Traveler

5 November 2023 510x Semua Kategori

Pada era digital ini, kegiatan solo traveling semakin populer di kalangan wisatawan. Banyak orang memilih untuk melakukan perjalanan sendirian untuk mencari pengalaman baru, memperluas wawasan, dan mengeksplorasi tempat-tempat baru tanpa harus bergantung pada rencana orang lain. Namun, solo traveling juga bisa menimbulkan beberapa tantangan, terutama dalam h... selengkapnya

Apa sih bedanya Open Trip dan Private Trip?

20 September 2021 813x Semua Kategori

OPEN TRIP Untuk yang satu ini tentunya nanti kalian sebagai peserta akan melakukan liburan bersama dengan peserta yang lainnya digabungkan menjadi 1 dengan jadwal trip yang nantinya sudah ditentukan oleh agen travel. Tentunya untuk paket perjalanan yang satu ini akan menggunakan kuota minimal yang mana jadwal keberangkatannya sudah ditentukan oleh agen trave... selengkapnya

Poles Mobil Panggilan Jabodetabek:

Hubungi Kami:

SAUNG TRAVEL
Jakarta, Indonesia
E-mail : [email protected]

Live Chat
Senin-Jum’at (09:00 – 17:00) wib
Sabtu-Minggu 09:00 – 17:00 wib (Slow Respon)

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.